Gereja Katolik stasi St. Agatha, Pulogodang, Tapanuli Tengah sebelum dan sesudah dibangun |
Albertus
Gregory Tan (21), seorang alumnus Administrasi Publik Universitas Indonesia ini
telah membuktikan diri menjadi motor penggerak yang membantu belasan gereja. Dalam
kurun 1,5 tahun ia berhasil menggalang dana sebesar Rp 1,7 Miliar dan membangun
16 gereja yang tak layak untuk ibadah menjadi tempat yang nyaman bagi umat
untuk berdoa.
Bukan hal yang mudah bagi pemuda dua puluh satu tahun ini. Caci maki dan ancaman dilaporkan ke polisi bukan menjadi halangan, Berbekal kejujuran dan kredibilitas, ia berhasil meyakinkan para donatur untuk membantu pembangunan geraja.
Bukan hal yang mudah bagi pemuda dua puluh satu tahun ini. Caci maki dan ancaman dilaporkan ke polisi bukan menjadi halangan, Berbekal kejujuran dan kredibilitas, ia berhasil meyakinkan para donatur untuk membantu pembangunan geraja.
Karena keprihatinan sebagai anak muda pada tahun 2010 “Saat itu saya mengunjungi gereja stasi di Keuskupan Sibolga, kondisinya sangat memprihatinkan, hancur. Dinding gereja dari tambalan-tambalan papan, tak ada atapnya, lantai tanah, dan tak ada toilet." Albertuspun bersemangat untuk menggalang dana membantu gereja-gereja lain yang memiliki nasib sama.
Prinsipnya
sederhana, bila bukan dia, siapa yang mau membantu mengingat untuk menjangkau
gereja-gereja tersebut saja susah. Awalnya ia memposting bangunan fisik gereja
yang akan dibantu. Gereja pertama yang dibantu yaitu Gereja Santa Maria dari
Gunung Karmel di Tigalingga, Dairi, Sumatera Utara, Keuskupan Medan.
Setelah mendapat informasi bahwa suatu gereja membutuhkan bantuan, ia kemudian mencari kontak di keuskupan setempat dan bertanya langsung apakah benar gereja tersebut layak dibantu. Kemudian kondisi gereja di posting melalui FB Gereja Katolik dan blog yang beralamat di www.ppgk.blogspot.com. Melalui FB Gereja katolik dan blog tersebut, bisa dilihat gereja-gereja yang sudah dibangun beserta pelaporan keuangannya.
Halangan yang ia jumpai menurutnya tak seberapa dibandingkan bertemu dengan para umat di gereja yang dibantu. Saya bahagia mereka sudah nyaman ketika misa," ujarnya.(tribunmanado.co.id/)
Setelah mendapat informasi bahwa suatu gereja membutuhkan bantuan, ia kemudian mencari kontak di keuskupan setempat dan bertanya langsung apakah benar gereja tersebut layak dibantu. Kemudian kondisi gereja di posting melalui FB Gereja Katolik dan blog yang beralamat di www.ppgk.blogspot.com. Melalui FB Gereja katolik dan blog tersebut, bisa dilihat gereja-gereja yang sudah dibangun beserta pelaporan keuangannya.
Halangan yang ia jumpai menurutnya tak seberapa dibandingkan bertemu dengan para umat di gereja yang dibantu. Saya bahagia mereka sudah nyaman ketika misa," ujarnya.(tribunmanado.co.id/)