Sabtu, 18 Agustus 2012

PEMUDA 21 TAHUN BANGUN 16 GEREJA DI TANAH AIR


Gereja Katolik stasi St. Agatha, Pulogodang, Tapanuli Tengah sebelum dan sesudah dibangun

Albertus Gregory Tan (21), seorang alumnus Administrasi Publik Universitas Indonesia ini telah membuktikan diri menjadi motor penggerak yang membantu belasan gereja. Dalam kurun 1,5 tahun ia berhasil menggalang dana sebesar Rp 1,7 Miliar dan membangun 16 gereja yang tak layak untuk ibadah menjadi tempat yang nyaman bagi umat untuk berdoa.

Bukan hal yang mudah bagi pemuda dua puluh satu tahun ini. Caci maki dan ancaman dilaporkan ke polisi bukan menjadi halangan, Berbekal kejujuran dan kredibilitas, ia berhasil meyakinkan para donatur untuk membantu pembangunan geraja.

Karena keprihatinan sebagai anak muda pada tahun 2010 “Saat itu saya mengunjungi gereja stasi di Keuskupan Sibolga, kondisinya sangat memprihatinkan, hancur. Dinding gereja dari tambalan-tambalan papan, tak ada atapnya, lantai tanah, dan tak ada toilet." Albertuspun bersemangat  untuk menggalang dana membantu gereja-gereja lain yang memiliki nasib sama.

Prinsipnya sederhana, bila bukan dia, siapa yang mau membantu mengingat untuk menjangkau gereja-gereja tersebut saja susah. Awalnya ia memposting bangunan fisik gereja yang akan dibantu. Gereja pertama yang dibantu yaitu Gereja Santa Maria dari Gunung Karmel di Tigalingga, Dairi, Sumatera Utara, Keuskupan Medan.

Setelah mendapat informasi bahwa suatu gereja membutuhkan bantuan, ia kemudian mencari kontak di keuskupan setempat dan bertanya langsung apakah benar gereja tersebut layak dibantu. Kemudian kondisi gereja di posting melalui FB Gereja Katolik dan blog yang beralamat di
www.ppgk.blogspot.com. Melalui FB Gereja katolik dan blog tersebut, bisa dilihat gereja-gereja yang sudah dibangun beserta pelaporan keuangannya.

Halangan yang ia jumpai menurutnya tak seberapa dibandingkan bertemu dengan para umat di gereja yang dibantu. Saya bahagia mereka sudah nyaman ketika misa," ujarnya.(tribunmanado.co.id/)

Selasa, 14 Agustus 2012

ARTI PEMINDAHAN TALI TOGA SAAT WISUDA


Pemindahan tali toga wisuda. Ketika wisuda setiap mahasiswa pasti memakai toga. Tetapi anda semua pada tau gak mengapa pada saat wisuda itu tali toga disampirkan di kepala sebelah kiri, lalu kemudian oleh rektor dipindah ke bagian kanan. Pasti sebagian besar dari kalian belum tau artinya apa.

Toga merupakan simbol yang menyatakan bahwa mahasiswa telah lulus dan siap untuk terjun ke masyarakat. Tali toga yang awalnya disampirkan di kepala sebelah kiri lalu kemudian oleh rektor dipindah ke bagian kanan.


Tali toga di sebelah kiri maksudnya adalah selama menjadi mahasiswa, bagian otak yang dipakai mahasiswa kebanyakan adalah otak kiri. Dimana otak kiri itu hanya berhubungan dengan bahasa atau hafalan. Dipindahkannya tali toga dari kiri ke kanan itu dimaksudkan agar setelah lulus para sarjana tidak hanya menggunakan otak kiri, tetapi harus lebih banyak menggunakan otak kanan. Dimana otak kanan ini berhubungan dengan daya imajinasi, kreativitas, dan inovasi seseorang. Hal ini berhubungan dengan jenis pekerjaan yang harus dipilih para lulusan.


Diharapkan setelah lulus, mereka tidak hanya menggunakan otak kiri yang "hanya mengandalkan bekerja pada orang lain" namun "harus mampu berpikir kreatif, imajinatif dan inovatif" yang menggunakan otak kanan dalam menciptakan pekerjaan bagi diri mereka sendiri. Jadi,ini dimaksudkan agar para lulusan dapat berwirausaha secara baik.

Dengan demikian, marilah kita para sarjana berusaha membangun sistem wirausaha yang kuat untuk menguatkan struktur perekonomian bangsa agar lebih merata, serta mengurangi pengangguran yang merajalela di negeri kita tercinta ini.
http://anehdidunia.blogspot.com